Mengenang Kota Fallujah, Sebuah Kota Ditepi Sungai Eufrat
http://islamic-defender.blogspot.com/2014/01/mengenang-kota-fallujah-sebuah-kota.html
Tak lama setelah invasi Irak pada tahun 2003 , militer AS mencoba memasuki kota Fallujah, menembaki demonstran tak bersenjata , menewaskan sebanyak 20 orang dan melukai puluhan. Sebagai pembalasan , warga Irak setempat menyerang konvoi kontraktor militer AS , menewaskan empat kontraktor . AS kemudian meluncurkan serangan penuh pada Fallujah untuk mendapatkan kembali kontrol , lalu meninggalkan ratusan mayat kaum muslimin dengan kota hampir hancur .
Kini kota Fallujah di bawah kendali afiliasi al- Qaeda . Provinsi Anbar , di mana Fallujah terletak, berada di bawah pengepungan oleh al- Qaeda . Dulu, hingga tahun 2007 lebih dari 7.000 tentara AS tewas dalam pertempuran hanya untuk mengambil alih provinsi Anbar dari kaum muslimin, yang merupakan basis Sunni terbesar di Irak.
Jatuhnya kota Fallujah ke tangan Negara Islam Irak dan Syam, seperti mencoret kehinaan di muka bangsa Amerika. Untuk "pembebasan" Irak dari Saddam Hussein, AS telah mengorbankan puluhan ribu prajuritnya, dengan harapan agar irak menjadi "lebih baik" untuk mereka menyedot minyak bumi di tanahnya, namun ternyata justru semakin "buruk" dengan berkembangnya mujahidin Al-Qaeda. Bahkan kini Provinsi Anbar menjadi bagian dari Negara Islam Irak & Syam.
Adalah para Neocons (Neo Conservative dari Partai Republik) di parlemen Amerika pada hari ini yang selalu menggaungkan "manfaat dan kemenangan" dari serangan ke Irak, disaat bangsa Amerika mulai tersadar bahwa zaman Saddam Hussein "lebih baik" daripada saat ini. Neocons adalah orang-orang yang "gila perang", selalu menyarankan solusi perang kepada para senator Partai Demokrat yang saat ini menguasai pemerintahan Amerika. Neocons, mereka adalah orang-orang yang mendorong untuk menyerang Suriah musim panas lalu -meskipun ide tersebut ditolak Pemerintah-. Mereka tidak menyerah untuk membuat Amerika melibatkan diri dalam perang. Kini mereka sibuk menggagalkan setiap usaha Presiden Obama untuk bernegosiasi dengan Iran. Baru minggu lalu William Kristol (salah satu Neocons) mendesak Israel untuk menyerang Iran dengan harapan Amerika akan terlibat .
Jatuhnya Provinsi Anbar ke Negara Islam Irak & Syam membuat Neocons tidak bisa menutupi kebohongannya pada bangsa Amerika, bahwa negara mereka telah kalah perang. Saling menyalahkan mulai terjadi di Amerika, Senator Republik John McCain dan Lindsay Graham menyalahkan kebijakan Barack Obama yang menarik pasukan dari Iraq, sehingga membuat negara irak lemah. Sedangkan Sekretaris Negara – John Kerry dengan tegas mengatakan bahwa pemerintah Amerika tidak akan mengirim kembali tentara nya ke Fallujah.
Sebuah Kota Ditepi Sungai Eufrat
Pada awalnya, kota Fallujah itu hanyalah sebuah persimpangan kecil di tepian Sungai Eufrat yang membelah luasnya padang pasir Syria. Ia berada pada jalur perdagangan kuno yang menghubungkan kota-kota di Provinsi Nejd, Saudi Arabia dengan kota-kota di Aleppo dan Mosul di sebelah Utaranya. Tempat ini juga menghubungkan antara Baghdad dengan Amman.
Selama beberapa milenium, tempat ini telah menjadi tempat persinggahan orang-orang dari tempat-tempat yang sekarang berada di wilayah Arab Saudi, Syria, Iraq dan Yordania. Tidak sedikit yang kemudian menetap membentuk masyarakat yang saling berhubungan berdasarkan sistem kesukuan, keluarga atau melalui pernikahan dengan orang-orang di tempat tersebut.
Paham salafi yang dikembangkan oleh Muhammad bin Abdul Wahhab mulai berkembang di tempat ini sejak akhir abad ke-18 telah mengakar kuat dan menjadi ciri khas penduduknya. Sekarang tempat ini menjadi basis Sunni di Iraq.
Pada masa tahun 1920, pemerintah Inggris mengutus Letkol Gerald Leachman, seorang perwira senior untuk menguasai daerah ini. Namun ia tewas setelah bertarung melawan pemimpin lokal bernama Syaikh Dhari. Akibatnya Inggris mengerahkan pasukannya menggempur kota ini. Peperangan berakhir dengan kematian tidak kurang dari 10 ribu penduduk dan lebih dari seribu serdadu Inggris dan India.
Selama beberapa milenium, tempat ini telah menjadi tempat persinggahan orang-orang dari tempat-tempat yang sekarang berada di wilayah Arab Saudi, Syria, Iraq dan Yordania. Tidak sedikit yang kemudian menetap membentuk masyarakat yang saling berhubungan berdasarkan sistem kesukuan, keluarga atau melalui pernikahan dengan orang-orang di tempat tersebut.
Paham salafi yang dikembangkan oleh Muhammad bin Abdul Wahhab mulai berkembang di tempat ini sejak akhir abad ke-18 telah mengakar kuat dan menjadi ciri khas penduduknya. Sekarang tempat ini menjadi basis Sunni di Iraq.
Pada masa tahun 1920, pemerintah Inggris mengutus Letkol Gerald Leachman, seorang perwira senior untuk menguasai daerah ini. Namun ia tewas setelah bertarung melawan pemimpin lokal bernama Syaikh Dhari. Akibatnya Inggris mengerahkan pasukannya menggempur kota ini. Peperangan berakhir dengan kematian tidak kurang dari 10 ribu penduduk dan lebih dari seribu serdadu Inggris dan India.
7.000 Salibis, saksi bisu kerasnya perlawanan kota Fallujah
Pada 8 November 2004, Setelah mendapat lampu hijau dari Perdana Menteri Irak Iyad Allawi, militer Amerika Serikat semakin gencar menyerang basis gerilyawan di Kota Fallujah, tidak kurang dari 10 ribu pasukan Amerika dibantu 2 ribu pasukan Irak (bentukan Amerika) membombardir kota yang dijuluki city of mosques ini. Sebelumnya, kota yang terletak 69 kilometer sebelah Barat Baghdad ini adalah menjadi basis pertahanan para gerilyawan Irak yang beraliran Sunni. Para gerilyawan ini bertahan di masjid-masjid dan sekolah-sekolah. Dari sekitar 100 masjid yang ada di Fallujah, sekitar 60 di antaranya digunakan sebagai basis pertahanannya. Gerilyawan-gerilyawan inilah yang kemudian membentuk dewan syuro' mujahidin di Fallujah.
Pada awal tahun 2005, kota Fallujah dikosongkan para mujahidin. Penarikan mundur pejuang Mujahidin dari sejumlah tempat di kota Fallujah, merupakan bagian dari taktik Mujahidin yang tujuannya untuk menarik pasukan koalisi ke jalan-jalan dan gang-gang sempit di dalam kota, sehingga pejuang Mujahidin bisa mengepung tank-tank dan kendaraan-kendaraan perang pasukan koalisi. Strategi itu juga digunakan untuk menghindari terjadinya serangan bom dari udara oleh pasukan AS ke kota Fallujah. Karena jika terjadi serangan udara, para pejuang Mujahidin akan sulit melakukan perlawanan di darat secara terbuka dari pinggir-pinggir kota. Taktik menarik pasukan AS ke dalam kota, juga akan memudahkan para penembak jitu untuk menembak mati pasukan AS. Para pejuang Mujahidin menerapkan taktik gerilya ‘serang dan mundur ‘. Strategi menarik diri bertujuan untuk menarik pasukan AS agar mengejar para Mujahidin, di mana pada saat itulah para Mujahidin bisa menerapkan taktik ‘serang’ nya.
Sementara itu, jumlah korban dari pihak pasukan pendudukan AS sampai tanggal 2 Januari 2005 menurut laporan Mujahidin, lebih dari 6.500 orang pasukan AS tewas dan 700 orang lebih luka-luka. Lebih dari 425 orang pasukan Inggris tewas dan lebih dari 325 orang luka-luka. Mereka juga menyebutkan banyak pasukan AS dan Inggris yang berhasil ditawan, beberapa di antaranya tewas saat berusaha melarikan diri.
Sedangkan persenjataan milik pasukan salibis yang berhasil dihancurkan oleh pejuang Mujahidin antara lain, 350 tank dan kendaraan perang lainnya, 800 Humvees dan kendaraan pengangkut personil serta 41 pesawat, termasuk 3 pesawat tempur yang berhasil ditembak jatuh. Selain itu, sekitar 200 senjata ringan dan senjata ukuran menengah, ratusan bayonet, teropong, kompas, rompi anti peluru dan peta-peta yang berisi informasi tentang posisi pasukan AS di propinsi Al-Anbar berhasil disita.
Laporan tersebut yang dikeluarkan oleh Dewan Syuro Mujahidin, juga mengungkapkan sejumlah kerugian yang diderita pihak Mujahidin. Disebutkan, sekitar 721 pejuang tewas, 136 diantaranya adalah pejuang perempuan (mujahidah) termasuk para muhajirin yang berasal dari Arab Saudi, Syria, Yordania, Mesir, Tunisia, Yaman, Qatar, Kuwait, Aljazair dan Sudan. Sedangkan pejuang yang luka-luka berjumlah 215 orang, dan sekarang mereka sudah sehat dan kembali mengangkat senjata.
Kota 'Fatimah' dan Ibu Para Mujahidin
Laporan Dewan Syuro Mujahidin tersebut juga menyebut mengenai 'Fatimah', salah satu nama mujahidah yang syahid -insyallah-.
“Fatimah adalah salah satu syuhada, semoga orang-orang pengecut tidak dapat menemukan ketenangan. Berikut ini keterangan mengenai wanita Iraq dan Arab yang syahid di medan perang, dalam membela agama Muhammad dan meninggikan kalimat "Laa Ilaaha Illallah!"
“Banyak laki-laki dari umat ini telah tewas, jantung mereka mengalirkan darah kepedihan. Namun kematian mereka masih belum menggerakkan hati para pengecut dan kaki tangan penjajah (untuk berhenti), maka kami memutuskan untuk mengumumkan jumlah para wanita yang telah gugur dalam berbagai pertempuran, bukan jumlah kaum wanita yang syahid sebagai korban pengeboman tentara penjajah, namun para wanita yang mengangkat senjata untuk membela keagungan agama ini dan tanah air ini, sehingga kami dapat menunjukkan pada para pengecut dan kaki tangan musuh akan akibat perbuatan mereka, semoga mereka sadar"
“Statistik menunjukkan bahwa 136 syahidah telah gugur, semuanya dalam medan pertempuran. 15 diantaranya gugur dalam operasi syahid yang menggemparkan musuh dan menanamkan ketakutan di hati mereka, maka adakah kaum yang hendak mengambil pelajaran?"
“Kami telah menamai salah satu skuadron mujahidin dengan nama salah satu syahidah, seorang pahlawan wanita yang telah membuat para penjajah merasakan kekalahan, yaitu Skuadron Fatimah Syahidah, yang akan melanjutkan namanya dan menimbulkan penyesalan di muka orang-orang pengecut dan kaki tangan penjajah."
Salah satu syahidah pertama di Iraq adalah seorang wanita dari Bani Shamar yang mengenakan sabuk berisi bahan peledak dan meledakkan dirinya di sebuah cek point Amerika beberapa saat setelah invasi AS. Serangan itu menyebabkan sejumlah tentara Amerika tewas dan terluka.
Salah satu mujahidah Iraq yang paling terkenal adalah juga seorang wanita Fallujah yang dijuluki "Ibu para mujahidin" / "ibunda para syuhada". Wanita ini ikut bertempur bersama mujahidin dalam menahan pengepungan Amerika terhadap Fallujah dan mundur bersama para mujahidin ke bagian selatan kota tersebut. Saat mujahidin memutuskan menarik diri dari Fallujah, ia menolak untuk meninggalkan kota tersebut.
Wanita itu dikenal sering menyemangati para mujahidin saat semangat mereka mengendur, dengan berteriak, "Kalian seharusnya malu, wanita ada di barisan depan dan laki-laki ada di belakang!"
Babak Baru Perang Fallujah
Bila ketakutan kaum muslimin mencapai batasnya, dan berubah menjadi kemarahan. Bila ratapan dan isak tangis kaum muslimin tidak lagi bisa mengeluarkan air mata tapi sudah mengeluarkan air mata darah. Bila kaum muslimin telah sampai pada batas kesabaran dan berkata “Ini sudah cukup!”. Maka lihatlah para Mujahidin mulai membara, seperti yang kita saksikan minggu-minggu ini. Kota Fallujah berhasil direbut oleh pasukan Negara Islam Irak & Syam, yang tentunya akan menyebar ke Najaf, Ramadi, Sadr City, Baghdad. Juga kemudian kota-kota lain seperti Nassiriya, Anbar, Amara, Karbala, Kut, Kirkuk, Baquba dll. Pertempuran menggoncang Irak dari utara sampai ke selatan. Kaum muslimin sudah bangkit.
Sejarah selalu ingin berulang, tidak ada satu bangsapun yang mau menyerah begitu saja kepada penjajah. Meski sudah hampir 11 tahun sejak Amerika memasuki tanah islam di Irak, tidak ada satu haripun mereka bisa tidur dengan tenang. Meski sudah 2 tahun sejak Amerika meninggalkan tanah islam di Irak, tidak ada satu haripun mereka bisa berjalan tanpa dihinggapi rasa was-was akan kebangkitan mujahidin dari tanah Irak.
Akankah mereka mengambil pelajaran?